Sekolah
bukanlah semata-mata persiapan untuk kehidupan di masa depan tetapi sekolah
adalah kehidupan itu sendiri.
Demikian sebuah ungkapan
seorang tokoh pendidikan yang menarik untuk kita cermati berkenaan dengan
membangun kebermaknaan dalam pembelajaran atau sekolah. Memiliki sebuah
arti atau kebermaknaan dalam belajar menjadi salah satu faktor yang kuat dan
juga menentukan dalam keberhasilan pendidikan. Seorang anak akan
bersungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran ketika dia memahami tujuan,
manfaat serta keuntungan dari proses pembelajaran tersebut bagi dirinya.
Kebermaknaan yang ia miliki merupakan sumber motivasi kesungguhan
belajarnya. Sedangkan siswa yang tidak punya arti proses belajar bagi
dirinya sendiri, akan tercermin dari perilaku misalnya kurang respon terhadap
materi di kelas, prestasi yang biasa saja, bahkan melakukan pelanggaran.
Apabila dikembalikan
kepada hakikatnya, manusia adalah makhluk bermakna, apapun yang dilakukan oleh
manusia harus berdasar dan memiliki makna tertentu. Untuk itulah upaya
membangun kebermaknaan dalam proses pembelajaran merupakan sesuatu yang harus
ada (conditio sine quanon). Kebermaknaan dalam proses pembelajaran
dapat ditanamkan dan dibangun sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik
dengan berbagai metode atau pendekatan. Kebermaknaan yang dibangun
haruslah menyeluruh, utuh (holistic), dan mendasar (substantif) yaitu
meliputi hal yang kasat mata maupun yang abstrak, imanen maupun transenden.
Kebermaknaan yang
sekiranya dapat ditanamkan pada siswa dalam proses pembelajarannya harus
meliputi empat dimensi potensi dasar manusia, diantaranya fisiologis,
intelektual, emosional, dan spiritual. Berdasarkan keempat dimensi
tersebut penulis merumuskan kembali kebermaknaan yang akan diterapkan pada
siswa di sekolah menjadi ‘10 P’. Pertama, pahala. Siswa
harus yakin bahwa belajar atau sekolah adalah ibadah pada Allah Swt, dan
apabila niatnya sudah ikhlas karena Allah pasti akan bernilai pahala sebagai
investasi akhirat kelak. Seorang anak yang memaknai belajar dan
sekolahnya sebagai ibadah dan berharap dapat pahala kebaikan dari Sang
Pencipta, tentu akan sungguh-sungguh dan sabar terus berjuang, anak harus yakin
bahwa mereka memperoleh pengampunan dari kesabarannya dengan jalan mencari
ilmu. Anak harus yakin bahwa proses pembelajaran adalah sebagai “majelis
ta’lim” dan di majelis ta’lim pasti akan turun rahmat Allah Swt berupa pahala
kebaikan dan pengampunan Allah.
Ketiga, pengalaman. Setiap hari bagi anak adalah
pengalaman baru, dan pengalaman hidup. Pengalaman juga merupakan hal yang
sangat dibutuhkan oleh manusia dalam proses pembentukan kedirian dan
kepribadiannya. Pastikan setiap anak selalu ingin menambah pengalaman
yang positif dan penuh makna dalam hidupnya. Siswa yang banyak pengalaman
yang berasal pembelajaran di sekolahnya akan berguna dalam kehidupannya kelak
saat terjun di masyarakat. Keempat, pertemanan atau
persahabatan. Seorang siswa selama dalam proses pendidikan di sekolah,
memiliki banyak kesempatan untuk menjalin persahabatan yang positif dan
konstruktif. Semakin banyak teman dan sahabat yang dapat dibangun tentu
akan semakin baik kehidupan sosial seorang siswa. Hal ini sangat penting
untuk membangun kecerdasan emosionalnya (EQ).
Kelima, pengetahuan. Hal ini jelas karena
pembelajaran di sekolah merupakan wahana untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan
serta membangun proses penalaran anak. Keenam, pemahaman
baru. Belajar bagi seorang anak merupakan sebuah proses yang terus
menerus, boleh jadi pertemuan pertama dengan gurunya tidak paham pada pelajaran
atau nilai tertentu, tetapi pada pertemuan berikutnya anak menjadi lebih
paham. Pemahaman sangat penting untuk membangun sebuah keyakinan dan
tindakan yang efektif dan aplikatif.
Ketujuh, penilaian. Seorang anak sangat membutuhkan
penilaian baik kualitatif maupun kuantitatif dari guru atau wali kelasnya.
Anak akan senang jika diperhatikan dan diberi penilaian yang adil oleh gurunya,
dan anak sangat membutuhkan nilai atau penilaiannya. Kedelapan,
pengakuan. Dalam proses pembelajaran, seorang anak akan mengekspresikan
semua kemampuannya jika pendidik dengan adil memberikan pengakuan atas
kemampuannya. Pengakuan bagi seorang siswa merupakan hal yang sangat
mendasar, karena menyangkut harga diri seorang anak.
Kesembilan, prestasi. Belajar akan semakin memotivasi
dan menantang, ketika anak memiliki keinginan untuk meraih prestasi
tertentu. Misalnya, ingin lulus dengan angka sangat memuaskan, memperoleh
rangking atau juara kelas atau mendapat hadiah menarik dari kedua
orangtuanya. Prestasi merupakan salah satu dorongan kebermaknaan dalam
proses pembelajaran.
Kesepuluh, profit atau keuntungan. Seorang siswa tidak
selamanya dia akan belajar pada akhirnya mereka mendambakan sebuah pekerjaan
yang layak dan bergengsi dengan penghasilan yang “wah”, keinginan itu tidak
salah dan tidak perlu ditutup-tutupi selama niatnya positif dan tetap peduli
pada orang lain yang berkekurangan. Anak-anak boleh bercita-cita menjadi
orang yang kaya raya dengan cara yang halal, positif, dan mulia.
Sepuluh hal atau 10 P
tersebut bisa menjadi orientasi nilai atau makna yang harus pengajar tanamkan
untuk membantu siswa dalam meraih serta membangun kebermaknaan dalam proses
belajar, sekolah, pendidikan atau keseluruhan aspek kehidupan siswa. Tentu
saja kesepuluh hal yang minimal ini harus diraih dengan tidak meninggalkan
prinsip keseimbangan dan keseluruhan (holistik). Selamat mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
3. Majalah Kiat Sukses Didalam Belajar.
Edisi. 23 April 2008.
0 komentar:
Posting Komentar