Selasa, 22 Mei 2012

PEMAHAMAN DIDALAM BELAJAR SUNGGUH SUNGGUH DISEKOLAH


Sekolah bukanlah semata-mata persiapan untuk kehidupan di masa depan tetapi sekolah adalah kehidupan itu sendiri.
Demikian sebuah ungkapan seorang tokoh pendidikan yang menarik untuk kita cermati berkenaan dengan membangun kebermaknaan dalam pembelajaran atau sekolah.  Memiliki sebuah arti atau kebermaknaan dalam belajar menjadi salah satu faktor yang kuat dan juga menentukan dalam keberhasilan pendidikan.  Seorang anak akan bersungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran ketika dia memahami tujuan, manfaat serta keuntungan dari proses pembelajaran tersebut bagi dirinya.  Kebermaknaan yang ia miliki merupakan sumber motivasi kesungguhan belajarnya.  Sedangkan siswa yang tidak punya arti proses belajar bagi dirinya sendiri, akan tercermin dari perilaku misalnya kurang respon terhadap materi di kelas, prestasi yang biasa saja, bahkan melakukan pelanggaran.
Apabila dikembalikan kepada hakikatnya, manusia adalah makhluk bermakna, apapun yang dilakukan oleh manusia harus berdasar dan memiliki makna tertentu.  Untuk itulah upaya membangun kebermaknaan dalam proses pembelajaran merupakan sesuatu yang harus ada (conditio sine quanon).  Kebermaknaan dalam proses pembelajaran dapat ditanamkan dan dibangun sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik dengan berbagai metode atau pendekatan.  Kebermaknaan yang dibangun haruslah menyeluruh, utuh (holistic), dan mendasar (substantif) yaitu meliputi hal yang kasat mata maupun yang abstrak, imanen maupun transenden.
Kebermaknaan yang sekiranya dapat ditanamkan pada siswa dalam proses pembelajarannya harus meliputi empat dimensi potensi dasar manusia, diantaranya fisiologis, intelektual, emosional, dan spiritual.  Berdasarkan keempat dimensi tersebut penulis merumuskan kembali kebermaknaan yang akan diterapkan pada siswa di sekolah menjadi ‘10 P’.  Pertama, pahala.  Siswa harus yakin bahwa belajar atau sekolah adalah ibadah pada Allah Swt, dan apabila niatnya sudah ikhlas karena Allah pasti akan bernilai pahala sebagai investasi akhirat kelak.  Seorang anak yang memaknai belajar dan sekolahnya sebagai ibadah dan berharap dapat pahala kebaikan dari Sang Pencipta, tentu akan sungguh-sungguh dan sabar terus berjuang, anak harus yakin bahwa mereka memperoleh pengampunan dari kesabarannya dengan jalan mencari ilmu.  Anak harus yakin bahwa proses pembelajaran adalah sebagai “majelis ta’lim” dan di majelis ta’lim pasti akan turun rahmat Allah Swt berupa pahala kebaikan dan pengampunan Allah.
Ketiga, pengalaman.  Setiap hari bagi anak adalah pengalaman baru, dan pengalaman hidup. Pengalaman juga merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam proses pembentukan kedirian dan kepribadiannya.  Pastikan setiap anak selalu ingin menambah pengalaman yang positif dan penuh makna dalam hidupnya.  Siswa yang banyak pengalaman yang berasal pembelajaran di sekolahnya akan berguna dalam kehidupannya kelak saat terjun di masyarakat.  Keempat, pertemanan atau persahabatan.  Seorang siswa selama dalam proses pendidikan di sekolah, memiliki banyak kesempatan untuk menjalin persahabatan yang positif dan konstruktif.  Semakin banyak teman dan sahabat yang dapat dibangun tentu akan semakin baik kehidupan sosial seorang siswa.  Hal ini sangat penting untuk membangun kecerdasan emosionalnya (EQ).
Kelima, pengetahuan.  Hal ini jelas karena pembelajaran di sekolah merupakan wahana untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan serta membangun proses penalaran anak.  Keenam, pemahaman baru.  Belajar bagi seorang anak merupakan sebuah proses yang terus menerus, boleh jadi pertemuan pertama dengan gurunya tidak paham pada pelajaran atau nilai tertentu, tetapi pada pertemuan berikutnya anak menjadi lebih paham.  Pemahaman sangat penting untuk membangun sebuah keyakinan dan tindakan yang efektif dan aplikatif.
Ketujuh, penilaian.  Seorang anak sangat membutuhkan penilaian baik kualitatif maupun kuantitatif dari guru atau wali kelasnya.  Anak akan senang jika diperhatikan dan diberi penilaian yang adil oleh gurunya, dan anak sangat membutuhkan nilai atau penilaiannya.  Kedelapan, pengakuan.  Dalam proses pembelajaran, seorang anak akan mengekspresikan semua kemampuannya jika pendidik dengan adil memberikan pengakuan atas kemampuannya.  Pengakuan bagi seorang siswa merupakan hal yang sangat mendasar, karena menyangkut harga diri seorang anak.
Kesembilan, prestasi.  Belajar akan semakin memotivasi dan menantang, ketika anak memiliki keinginan untuk meraih prestasi tertentu.  Misalnya, ingin lulus dengan angka sangat memuaskan, memperoleh rangking atau juara kelas atau mendapat hadiah menarik dari kedua orangtuanya.  Prestasi merupakan salah satu dorongan kebermaknaan dalam proses pembelajaran.
Kesepuluh, profit atau keuntungan.  Seorang siswa tidak selamanya dia akan belajar pada akhirnya mereka mendambakan sebuah pekerjaan yang layak dan bergengsi dengan penghasilan yang “wah”, keinginan itu tidak salah dan tidak perlu ditutup-tutupi selama niatnya positif dan tetap peduli pada orang lain yang berkekurangan.  Anak-anak boleh bercita-cita menjadi orang yang kaya raya dengan cara yang halal, positif, dan mulia.
Sepuluh hal atau 10 P tersebut bisa menjadi orientasi nilai atau makna yang harus pengajar tanamkan untuk membantu siswa dalam meraih serta membangun kebermaknaan dalam proses belajar, sekolah, pendidikan atau keseluruhan aspek kehidupan siswa.  Tentu saja kesepuluh hal yang minimal ini harus diraih dengan tidak meninggalkan prinsip keseimbangan dan keseluruhan (holistik).  Selamat mencoba.


DAFTAR PUSTAKA
3.      Majalah Kiat Sukses Didalam Belajar. Edisi. 23 April 2008.
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Pengingat waktu

Bidang Bimbingan

Followers